AULIA ANNISA IZZATI: “KETIKA ALLAH MEMBERI LEBIH DARI YANG SAYA MINTA”


sumber: http://motivasibeasiswa.org/2015/06/16/aulia-annisa-izzati-ketika-allah-memberi-lebih-dari-yang-saya-minta/

Nama saya Aulia Annisa Izzati mahasiswi lulusan D4 Keuangan Syariah Politeknik Bandung, dan sekarang sedang menempuh S2 Keuangan dengan Beasiswa Calon Dosen Vokasi BPP-LN Dikti di Nat Yunlin University of Scie & Tech, Taiwan. Saya akan berbagi sedikit tentang bagaimana perjalanan saya membuktikan kombinasi luar biasa dari kekuatan keyakinan terhadap cita-cita, doa orang tua dan pertolongan Allah.

Hari itu saya pulang kerja lebih awal dan iseng membuka facebook dari laptop, banyak pemberitahuan dari grup ketika kuliah biasanya saya tidak pernah melihat, hanya di buka sebentar lalu beralih ke beranda. Tapi kali ini, tidak tau kenapa saya ingin buka dan membaca beberapa postingan terdahulu, diantara beberapa postingan, kebanyakan adalah tentang lowongan pekerjaan, maklum karena kita baru saja lulus dan masih menjadi job seeker. Ada satu postingan dari teman, singkat hanya melampirkan link, dan mengatakan deadline. Penasaran, buka ternyata itu isinya link Beasiswa Calon Dosen Vokasi BPP-LN DIKTI 2013.

Dosen, 1 kata yang tak pernah lupa disebut dalam doa, yang tak pernah luput dari pembicaraan dengan orang tua, dan teman-teman ketika ditanya tentang cita-cita. Ya, dosen adalah profesi idaman saya, karena dosen akan menuntut saya untuk terus belajar dan mengamalakan ilmu, terlebih setelah mendengar ucapan bapak dari sebelum lulus kuliah D4 “ndahne o sueneng e pomo anak ku iso sekolah eneh, terus dadi dosen”. Tak nyuwun ning Gusti Allah, ben di sekolahne” (Betapa senang kalau anak saya bisa sekolah lagi, dan menjadi dosen. Biar bapak mintakan ke Allah untuk disekolahkan) Setelah dengan cermat membaca syarat dan deadline (28 Oktober 2013) tanpa ragu saya bicarakan ini dengan orang tua, respon mereka luar biasa, bahkan saat saya ingin mengunggah beberapa syarat mereka tak henti-hentinya menanyakan bagaimana proses nya, lancar, butuh apa, kurang apa, antusiasnya melebihi saya. Data yang dibutuhkan cukup banyak, saya harus memanfaatkan waktu istirahat kantor untuk pergi meminta surat ini itu, memfotokopi, dan lain-lain.

Akhirnya berkas sudah selesai di unggah dan menunggu seleksi administrasi. Satu bulan setelah itu, tepatnya Jum’at, 29 November 2013 pukul 20.00 wib saya mendapat email dari Dikti yang berisi pemberitahuan lolos seleksi administrasi berkas untuk kemudian mengikuti seleksi selanjutnya TKAD (Tes Kemampuan Akademik Dasar) & TOEP (Test English Proficiency). Waktu itu saya kebagian jadwal test di Universitas Gunadarma, saya membutuhkan waktu 1 malam untuk ke jakarta, karena mendadak, pengumuman hari jumat dan saya harus test hari senin maka saya harus berangkat hari minggu. Saat itu tiket yang tersisa hanya tiket menuju ke bandung, lalu ke jakarta naik travel. Semalaman didalam kereta kediri-bandung memaksakan sedikit belajar mengulang kembali beberapa materi, alhasil pusing, ditambah tempat duduk yang berhadapan dan ac yang dingin. Setelah sampai di bandung saya menelfon orang tua meminta doa (lagi) agar dilancarkan, meskipun tanpa diminta mereka sudah pasti mendoakan, Alhamdulillah dari jam 10.00 – 17.00 serangkaian test tersebut bisa saya lalui dengan sisa tenaga dan kondisi badan yang tidak bersahabat. Satu per satu doa kami terjawab..

Selasa, 10 Desember 2013 adalah hari yang membuat saya merasa menjadi orang yang paling sedih di seluruh dunia. Hari itu adalah pengumuman seleksi beasiswa yang saya ikuti, penantian selama 2 bulan dari awal mendaftar akhirnya diumumkan juga siapa saja yang berhak mengikuti seleksi tahap selanjutnya dan nama saya tidak ada dalam 100 orang yang lolos. Berusaha cool dan woles lalu menelfon ibu di rumah (saat itu saya sedang di kantor), ibu legowo menerima kenyataan. Ketika pulang, kusampaikan ini pada bapak, dengan suara bergetar dan sedikit berkaca-kaca saya memohon maaf belum bisa memberikan hasil yang memuaskan. Bapak, seperti biasa yang selalu menenangkan, dengan sedikit bercanda menjawab, “gak papa nduk, tetap semangat jangan kecil hati. Bapak tetap terus berdoa, yakinkalau memang Allah takdirkan kamu bisa sekolah, mau ke luar angkasa juga kamu pasti berangkat”. Tapi setelah percakapan itu saya yang merasa jadi bertambah sedih, gak di kantor atau saat pergi bersama teman, saya sering melamun, mempertanyakan pada diri sendiri “bukankah ridho orang tua itu sudah pasti ridho Allah juga ya?, kurang apa mereka berdoa siang malam, menyemangati saya, ikhtiar saya juga tidak kalah dengan yang lain tapi ujung-ujungnya saya ga lolos juga” Sampai suatu hari, tepatnya 18 Desember 2013 jam 23.00 wib ada surel masuk dari alamat yang saya tandai sebagai email penting, Subdit PK Dikti, berisi pengumuman lolos cadangan pelatihan bahasa inggris selama 6 bulan di UI sebagai tes tahap selanjutnya sebelum benar-benar mendapat beasiswa. Seketika itu langsung sujud syukur dan memberitahu bapak ibu yang sudah tidur di ruang tv. Bapak ibu pun langsung sujud syukur, kami berpelukan dan menangis. Ibu dan bapak menangis terharu sambil tak henti-hentinya mengucap syukur atas jawaban dari doa mereka. Aku pun menangis, tapi menangis karena malu, malu sudah merasa paling tau yang terbaik untuk hidupku, malu karena mempertanyakan takdir yang sudah dipersiapkan Allah dengan sebaik-baiknya, malu karena sombong dengan kemampuan diri yang sebenarnya tidak lebih besar dari buih di lautan.

Singkat cerita saya harus berangkat kesana dan sampai tanggal 20 Desember dengan resiko saya harus izin (lagi) dan mungkin setelah menandatangin kontrak pelatihan dengan Dikti saya juga harus keluar dari pekerjaan, dan mungkin mendapat cap buruk karena menyalahi masa kontrak kerja 3 bulan sampai akhir desember. Lagi – lagi Maha suci Allah Yang Maha mengatur segala sesuatu, ternyata pelatihan bahasa inggris libur satu minggu, saya pun bisa menyelesaikan kontrak kerja dengan baik tanpa mengalihkan tanggung jawab kepada pegawai lain. Saya juga berkesempatan berpamitan dan meminta doa restu kepada atasan dan rekan kerja. Allah tau, jika saya di terima sebagai lolos utama, maka saya harus meninggalkan tanggung jawab saya di kantor. Allah lebih tau kalau saya belum mampu untuk mengemban 2 amanah, bekerja sekaligus kuliah, Allah pun paling tau kalau jalan ini, proses ini, jatuh bangun ini adalah yang terbaik buat saya. Berdoa ingin melanjutkan sekolah dengan beasiswa, oleh Allah diberi kesempatan lebih, yaitu merasakan nikmatnya merantau ke negara lain, Taiwan.

Allah memberi lebih baik dari yang kita minta, dalam bentuk yang lebih baik dari harapan kita, dengan cara yang lebih baik dari dugaan kita”. -Salim A.Fillah-

Perjuangan belum selesai, karena saat pelatihan bahasa selama 6 bulan ada standar nilai yang harus dipenuhi dan bagi saya yang tidak memiliki dasar bahasa inggris yang bagus menjadi 6 bulan penuh tekanan, ada pula proses seleksi saat mendaftar ke universitas di luar negeri. Takut tidak lolos? tentu saja!, tapi “cubitan” Allah saat proses sebelumnya menjadi pelajaran berharga untuk saya, bahwa modal utama untuk mencapai cita-cita adalah niat mencari ilmu manfaat untuk diamalkan, ridho orang tua, yakin, yakin, yakin, usaha maksimal soal hasil serahkan pada Allah, terus berprasangka baik terhadap takdir-Nya, dan jangan pernah berhenti berdoa.

Kenapa sekolah? Karena Indonesia sekarang sedang “sakit”, dia butuh “orang pintar” untuk kembali menjadi negara yang sehat. Pendidikan adalah obat mujarab, maka bertebaranlah di muka bumi, tuntutlah ilmu Allah sebanyak-banyaknya dan kembalilah untuk mengamalkannya. Ingat, kelak masa mudamu juga akan dipertanyakan, “kau habiskan untuk apa?” maka persiapkan jawaban terbaikmu dengan kegiatan yang bisa bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Ayo Sekolah! ^^ (feel free to share : [email protected])


Leave a Reply